Penanganan yang jelas dan terarah sesuai dengan kebutuhan anak penting dalam menentukan perbaikan perkembangan anak-anak gangguan autistik. Oleh karena itu, jika anak ingin diterapi pilihlah tempat terapi yang baik dengan metode jelas dan melibatkan orangtua agar orangtua terlibat dalam melatih anaknya di rumah. Tidak semua anak memerlukan obat dari dokter.
Keterlibatan orangtua memang sangat menentukan. Seberat apapun kondisi anak, umumnya ia memiliki kemampuan yang menonjol di bidang tertentu. Dengan mengetahui kondisi dan kemampuan anaknya, orangtua dapat memilih kurikulum yang tepat bagi anak. Anak tidak harus belajar berbagai ilmu yang tidak disukainya.
Orangtua harus dapat melihat dan menerima kondisi anak, dan mengoptimalkan anak sesuai dengan kondisi yang dimilikinya.
Untuk mengetahui dan menangani anak yang diduga mengalami gangguan autis atau tidak, diperlukan:
1. Skrining
Bentuk skrining ada beberapa macam. Bentuknya berupa pertanyaan kepada orangtua anak. Skrining dapat dilakukan untuk semua anak. Jika hasil skrining menunjukkan adanya gangguan, sebaiknya orangtua mengadakan kunjungan ke dokter untuk melakukan assessment. Skrining digunakan untuk mengetahui apakah anak mengalami ganguan autis. Skrining dapat dilakukan mulai usia 11 bulan. Di bawah usia ini belum diketahui apakah bayi memiliki masalah dalam interaksi sosial atau tidak.
2. Assessment
Assessment seperti skrining yang lebih dalam lagi. Umumnya dilakukan beberapa kali dengan mengajukan berbagai pertanyaan kepada orangtua, sementara anak dibawa untuk diobservasi. Para ahli akan melihat IQ anak, gangguan perilaku, interaksi, hiperaktif atau tidak, seberapa besar gangguan interaksinya, dan lain-lain. Assessment diperlukan untuk menentukan langkah selanjutnya yang haus dilakukan. Contoh: apakah anak membutuhkan terapi khusus, atau anak hanya perlu stimulasi yang dilakukan orangtuanya setiap hari.
3. Terapi
Terapi ini diberikan sesuai dengan keperluan anak. Ada anak yang membutuhkan terapi dengan obat-obatan, terapi sensorik (dengan berbagai latihan), terapi individual (terapi wicara), dan lainnya.
Autistik berat mungkin tidak dapat disembuhkan 100%. Namun jika diketahui secara dini, paling tidak gejalanya dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan.
Penanganan Autisme di Indonesia
Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia diantaranya adalah:
1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri.
2. Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia.
3. Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.
4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi.
5. Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia.
SUMBER: No name; 2008; Penanganan Autis; http://www.bayimilna.com/tips/tips-sehat/penanganan-autis.aspx; 11Maret2010
No name; 2010; Autisme; http://id.wikipedia.org/wiki/Autisme; 11Maret2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar